Kamis, 21 Agustus 2014

[CERPEN] Air Mata Kesendirian

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)

Dengan langkah perlahan kususuri jalanan kota ini. Diiringi dengan rintikan hujan yang perlahan mulai membasahi bumi, lengkap sudah kesedihan hati ini. Pantas saja banyak orang yang berkata “Saat hatimu menangis, langit akan ikut menangis.” Ya itu benar, kan? Suasananya pas sekali dengan keadaan hatiku sekarang.
Aku sendiri tidak menyangka, kisah cinta pertamaku harus mengalami awal yang seperti ini. Awal yang sama sekali tidak kuiinginkan. Menyukai seorang gadis, yang sama sekali tidak menyukaiku, alias perasaanku tak berbalaskan. Padahal hati ini sudah jatuh cinta sekian lama.


               Namanya “Noella”, gadis cantik yang sempat membuat hatiku terpesona. Parasnya yang cantik, senyumannya yang manis, matanya yang indah membuat hatiku jatuh cinta padanya. Ditambah lagi, suaranya yang indah. Lengkap kan? Gadis idaman semua cowok, salah satunya aku. Tapi aku? Apa kelebihanku? Sungguh aku bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Tak ada kelebihanku yang bisa kutunjukkan kepada Noella. Miris.


*****

               “Oi, Dev…”
               “Ya? Ada apa?” Jawabku pada temanku.
               “Kau masih memikirkannya?”
               “Siapa? Noella? Tidak..” Aku berbohong, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Kalian tahu? Pekerjaan sehari hariku hanya 3, Sekolah, Interet, dan….. Memikirkan Noella.
               “Baiklah.. Tuh ada Noella..” Tunjuk temanku.
               “Tidak perlu menunjuk…” Kuarahkan pandanganku pada Noella. Sepertinya dia menuju ke arah sini. Aku ingin memanggilnya, tapi aku tak bisa. Dan Noella pun melewatiku tanpa menyapaku. Aku merasa dianggap tak ada di dunia ini.

               “Masih berharap Noella?” Tanya temanku ini yang bernama Glenn.
               “Entahlah.. Mungkin?” Mungkin? Jawaban macam apa itu?
               “Sainganmu banyak sekali.”
               “Aku tidak peduli…” Jawabku singkat. Ya, karena aku sudah terlanjur suka, mungkin sayang kepada Noella. Kulihat Noella perlahan menghilang dari pandanganku. Haruskah rasa sayang ini aku pertahankan?

*****

               Hatiku semakin hancur saja ketika melihat Noella sedang bermesraan dengan Ray, teman sekelasku. Ya, Ray lebih dulu menyatakan cintanya pada Noella dan oleh Noella diterima saja. Kalian bisa tahu kan keadaan hatiku ketika melihat mereka sedang bersama? Yap, cemburu luar biasa. Tapi yang bisa aku lakukan hanya, diam. Diam dengan rasa sakit di hati yang semakin tak tertahankan. Tak ada seorang pun yang tahu dan mengerti perasaanku.

               “Sudahlah Dev… Lepaskan saja Noella…” Ucap sahabatku, Radith.
               “Melepaskannya?” Batinku. Melepaskan orang yang selama ini telah berhasil menaklukkan hatiku? Tidak mungkin. Aku hanya terdiam ketika mendengar nasihat Radith, entah apa yang sedang kupikirkan.
               “Kalau kau masih mengharapkan Noella, percayalah hatimu akan terus menerus merasakan sakit. Kita tidak tahu berapa lama Ray dan Noella itu akan menjalin hubungan bukan?” Jelas Radith.
               “Kau tidak mengerti perasaanku, dith..” Ucapku dingin sambil meninggalkan Radith. Sudah kuduga tidak ada yang bisa mengerti perasaanku. Mungkin lebih baik jika tak ada yang tahu tentang perasaanku ini. Hati ini hanya untuk dan selalu untuk Noella. Tak ada yang lain.

               Hari hariku kujalani dengan sedikit membosankan. Aku tak bisa melihat Noella seorang diri lagi. Dimana ada Noella, pasti disitu ada Ray, kecuali saat di kelas (Kelasku dan Ray dengan kelas Noella berbeda). Suatu hari saat aku sedang berjalan pulang ke rumah, aku mendapati Noella dan Ray sedang berciuman dengan mesranya. Down seketika diriku ketika melihat kejadian itu. Kakiku seakan berat untuk melangkah, serasa tak ada tenaga lagi untukku. Mungkin aku akan disebut orang bodoh, yang tetap mempertahankan perasaannya walaupun sudah disakiti begitu lama.

*****

               Sudah 2 bulan Ray dan Noella menjalin hubungan “cinta” mereka. Dan sudah selama itulah aku tetap bertahan dengan perasaan ini. Meskipun kuakui, that’s hurt. That’s very hurt. Difficult and hurt. Mengapa aku bisa bertahan sampai sejauh ini? Entahlah aku juga tidak tahu. Mungkin karena hati ini sudah takluk pada Noella.

Sore itu, aku menuju tempat favoritku, tempatku mencurahkan seluruh sakit hatiku. Sebuah taman yang hijau dan sejuk, dengan sebuah danau yang terletak di tengah taman itu. Ketenangan terasa begitu langkah pertama memasuki taman ini. Tak salah aku memilih tempat ini.

Kulangkahkan kakiku menuju ke danau yang berada di tengah taman itu. Dengan sebuah gitar yang ada di punggungku, aku menyusuri rerumputan hijau yang bagaikan karpet yang membawaku ke danau yang tenang. Sesampainya di pinggir danau, aku duduk bersandar dibawah pohon, mulai memetik gitarku, dan melantunkan sebuah lagu…

Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu…
Kau jalan berlalu di depan mataku…
Walaupun jadi begini, aku tetap melihatmu dari tempat ini…
Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu…
Kau bahkan tidak menoleh ke arahku….
Walau ku pakai payung, pipiku pun tetap basah..
Diri ini tak berdaya…

               “Wah.. Dev, suaramu bagus juga yah…” Aku menoleh, ternyata dia adalah….
               “Noella?!” Ucapku kaget.
               “Ga perlu kaget seperti itulah, emangnya aku hantu apa..” Ucapnya sambil cekikikan.      “Ada apa kemari?” Tanyaku.
               “Emangnya gaboleh ya?” “Y-ya.. Boleh sihh..” Ucapku tergagap. Aku tidak percaya, gadis yang kusukai sekian lama, berdiri dekat denganku sekarang.
               “Aku hanya menikmati suasana kok, Dev…” Jawab Noella lembut. Samar samar kulihat wajahnya menampakkan raut kesedihan.
               “Ada masalah kah?” Tanyaku. Bodoh! Kenapa aku bertanya begini?! Aku takut Noella akan marah kepadaku karena sudah lancang. Tak disangka sangka tiba tiba Noella memelukku dan kemudian aku merasakan ada yang basah di bajuku. Ternyata… Dia menangis.

               “Eeh.. Noel… Ada apa?” Tanyaku. Dia tidak menjawabnya, masih terus menangis dalam pelukanku. Yaah tak ada pilihan lain, aku balas memeluknya. Setelah tenang, Noella akhirnya mau cerita semua kepadaku. Ternyata dia dikhianati oleh kekasihnya sendiri Ray. Kekasih hatinya itu ketahuan sedang berselingkuh dengan cewek lain, dan Noella melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Terlanjur sakit hati, tanpa pikir panjang Noella memutuskan untuk meninggalkan Ray. Hati Noella benar benar terluka. Aku juga merasa geram dan tidak tega mendengar cerita Noella.

               “Sudah sudah, kamu tenang yah Noel…” Ucapku sambil menghiburnya. “Masih banyak cowok yang lebih baik dari Ray kok..”
               ‘Hiks… Makasih ya Dev… Kamu benar benar baik sama aku..” Noella kembali memelukku dengan eratnya. Aku hanya bisa terdiam mematung saat Noella kembali memelukku, tapi tak lama kemudian aku pun membalas pelukannya. Sungguh kami (aku lebih tepatnya) menikmati momen ini. Menikmati senja di sore hari bersama dengan orang yang sangat kusayangi.

               Sejak saat itu, aku dan Noella jadi semakin dekat. Kemanapun kami selalu bersama. Hari hariku kujalani bersama Noella. Meskipun sudah dekat, aku masih belum mau menyatakan perasaanku pada Noella. Aku takut, Noella akan menolak kemudian menjauhiku. Ah, aku mungkin terlalu takut untuk menerima jawaban “tidak”…

*****

               “Apa? Lu belum nembak Noella?” Tanya Glenn kaget setelah mendengar ceritaku. Sementara aku hanya terdiam tanpa ekspresi seolah tidak tahu apa apa.
               “Yaelah Dev, Lu mau mainin perasaannya Noella? Kasian tahu…” Tukas Glenn.
               “Ya gue bingung hoi gimana cara ngungkapinnya..”
               “Apapun yang terjadi, jangan kecewain atau sia siain Noella.. Lu tahu akibatnya bukan?” Ucap Glenn sambil berlalu.
Aku mulai “merenungkan” kata-kata Glenn. Tampaknya aku takboleh memendam rasa ini terlalu lama (sebab banyak orang menganggap memendam rasa cinta itu sakitnya luar biasa). Aku berencana untuk menyatakan perasaanku pada Noella.

               Sepulangnya dari sekolah, seperti biasa aku menunggu Noella di depan gerbang. Setelah menunggu beberapa saat (menit lebih tepatnya) Noella menghampiriku.

               “Dev, yuk pulang…” Ujar Noella dengan senyumannya yang manis. Aku sempat terpana melihatnya.
               “Dev??” Noella mencoba menyadarkanku.
               “Eehh iya iya maaf.. Hehehe… Mm, Noella bisa ikut aku sebentar?” Tanyaku sambil sedikit gugup.
               “Eehh? Hmm.. Bisa kook.. Yukk..” Jawab Noella sambil menggandeng lenganku. Sukses, aku jadi semakin gugup dibuatnya.
Akhirnya aku mengajak Noella, ke tempat yang sering kami kunjungi berdua. Benar, taman itu, dengan danau di tengahnya. Tempatku menghibur Noella dari semua kesedihan dan kekecewaannya. Noella terlihat senang sekali setiap kali kuajak kemari. Kami sering bermain, bercanda, sampai belajar bersama disini. Bisa dibilang, tempat ini penuh dengan kenangan kami berdua.

               “Noella?” Panggilku.
               “Eeh? Iya Devon?” Balas Noella.
               “Kamu masih ingat ga.. Ketika kamu sedang sedih, kemudian aku menghiburmu?” Tanyaku.
               “Eeh iya.. Momen itu.. Hehehe.. Aku jadi malu..” Ucap Noella malu malu. Oke, mungkin sudah saatnya untuk mengatakan yang sebenarnya, semua isi hatiku pada Noella.
               “Noella, coba deh kamu dengerin laguku ini..” Ucapku sambil mengambil gitarku. Noella duduk dengan manisnya disampingku, menunggu aku memainkan senar senar gitarku ini.

Ku tahu diriku jauh dari kata sempurna..
Ku tahu, aku tak seberapa..
Tapi ku punya hati, yang tak akan lelah, meski waktu trus berjalan..
Dalam irama ini, kunyanyikan perasaanku…

Noella…
Kutuliskan nada nada ini untukmu…
Kusertakan namamu di dalam laguku…
Kelak kau tahu, betapa aku menginginkanmu…


               Setelah kuselesaikan laguku, tampak Noella menundukkan kepalanya. Sontak aku merasa khawatir dengannya.

               “Noella?? Kamu gapapa kan?” Tanyaku. Tiba tiba Noella memelukku dengan eratnya.
               “Devon… M-makasih y-ya.. M-makasih…” Isak Noella.
               “Sama-sama…” Ucapku sambil membalas pelukannya.
               “Noella, will you be my love?” Aku ungkapkan perasaanku padanya. Perasaan yang sudah aku pendam sekian lama. Yang sempat aku pikir harus menguburnya. Dengan tangis bahagia, Noella menganggukan kepalanya. “Yes, I will be your love, forever..” Seketika itu juga, perasaan bahagia dari hatiku meluap. Perasaanku akhirnya terbalaskan. Kuakhiri tangisannya dengan kecupan di keningnya. Noella pun membalas dengan kecupan manisnya di pipiku.

               “Terima kasih ya Noel… Aku janji, aku akan membahagiakanmu seumur hidupku..” Ucapku pada Noella.
               “Aku percaya kok Dev.. I love you always..” Jawab Noella sambil menggandeng erat lenganku.

Penantianku telah berakhir. Semua air mata kesedihan dan kesendirian telah berubah menjadi air mata kebahagiaan. Bersama Noella, aku mulai membuka lembaran baru dalam hidupku, bersiap menapaki hari-hariku bersama kekasihku satu satunya. Hari bisa berganti, Hari-hari bisa berakhir, Namun satu yang kami yakini… Cinta kami tak akan berakhir…
“I love you, Noella…”



THE END

0 komentar:

Posting Komentar

 
;