Dengan langkah perlahan kususuri jalanan
kota ini. Diiringi dengan rintikan hujan yang perlahan mulai membasahi bumi,
lengkap sudah kesedihan hati ini. Pantas saja banyak orang yang berkata “Saat hatimu
menangis, langit akan ikut menangis.” Ya itu benar, kan? Suasananya pas sekali
dengan keadaan hatiku sekarang.
Aku sendiri tidak menyangka, kisah cinta
pertamaku harus mengalami awal yang seperti ini. Awal yang sama sekali tidak
kuiinginkan. Menyukai seorang gadis, yang sama sekali tidak menyukaiku, alias
perasaanku tak berbalaskan. Padahal hati ini sudah jatuh cinta sekian lama.
Namanya
“Noella”, gadis cantik yang sempat membuat hatiku terpesona. Parasnya yang
cantik, senyumannya yang manis, matanya yang indah membuat hatiku jatuh cinta
padanya. Ditambah lagi, suaranya yang indah. Lengkap kan? Gadis idaman semua
cowok, salah satunya aku. Tapi aku? Apa kelebihanku? Sungguh aku bagaikan
pungguk yang merindukan bulan. Tak ada kelebihanku yang bisa kutunjukkan kepada
Noella. Miris.
*****
“Oi,
Dev…”
“Ya?
Ada apa?” Jawabku pada temanku.
“Kau
masih memikirkannya?”
“Siapa?
Noella? Tidak..” Aku berbohong, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Kalian
tahu? Pekerjaan sehari hariku hanya 3, Sekolah, Interet, dan….. Memikirkan
Noella.
“Baiklah..
Tuh ada Noella..” Tunjuk temanku.
“Tidak
perlu menunjuk…” Kuarahkan pandanganku pada Noella. Sepertinya dia menuju ke
arah sini. Aku ingin memanggilnya, tapi aku tak bisa. Dan Noella pun melewatiku
tanpa menyapaku. Aku merasa dianggap tak ada di dunia ini.
“Masih
berharap Noella?” Tanya temanku ini yang bernama Glenn.
“Entahlah..
Mungkin?” Mungkin? Jawaban macam apa itu?
“Sainganmu
banyak sekali.”
“Aku
tidak peduli…” Jawabku singkat. Ya, karena aku sudah terlanjur suka, mungkin
sayang kepada Noella. Kulihat Noella perlahan menghilang dari pandanganku. Haruskah
rasa sayang ini aku pertahankan?
*****
Hatiku
semakin hancur saja ketika melihat Noella sedang bermesraan dengan Ray, teman
sekelasku. Ya, Ray lebih dulu menyatakan cintanya pada Noella dan oleh Noella
diterima saja. Kalian bisa tahu kan keadaan hatiku ketika melihat mereka sedang
bersama? Yap, cemburu luar biasa. Tapi yang bisa aku lakukan hanya, diam. Diam dengan
rasa sakit di hati yang semakin tak tertahankan. Tak ada seorang pun yang tahu
dan mengerti perasaanku.
“Sudahlah
Dev… Lepaskan saja Noella…” Ucap sahabatku, Radith.
“Melepaskannya?”
Batinku. Melepaskan orang yang selama ini telah berhasil menaklukkan hatiku?
Tidak mungkin. Aku hanya terdiam ketika mendengar nasihat Radith, entah apa
yang sedang kupikirkan.
“Kalau
kau masih mengharapkan Noella, percayalah hatimu akan terus menerus merasakan
sakit. Kita tidak tahu berapa lama Ray dan Noella itu akan menjalin hubungan bukan?”
Jelas Radith.
“Kau
tidak mengerti perasaanku, dith..” Ucapku dingin sambil meninggalkan Radith.
Sudah kuduga tidak ada yang bisa mengerti perasaanku. Mungkin lebih baik jika
tak ada yang tahu tentang perasaanku ini. Hati ini hanya untuk dan selalu untuk
Noella. Tak ada yang lain.
Hari
hariku kujalani dengan sedikit membosankan. Aku tak bisa melihat Noella seorang
diri lagi. Dimana ada Noella, pasti disitu ada Ray, kecuali saat di kelas
(Kelasku dan Ray dengan kelas Noella berbeda). Suatu hari saat aku sedang
berjalan pulang ke rumah, aku mendapati Noella dan Ray sedang berciuman dengan
mesranya. Down seketika diriku ketika melihat kejadian itu. Kakiku seakan berat
untuk melangkah, serasa tak ada tenaga lagi untukku. Mungkin aku akan disebut
orang bodoh, yang tetap mempertahankan perasaannya walaupun sudah disakiti
begitu lama.
*****
Sudah
2 bulan Ray dan Noella menjalin hubungan “cinta” mereka. Dan sudah selama
itulah aku tetap bertahan dengan perasaan ini. Meskipun kuakui, that’s hurt.
That’s very hurt. Difficult and hurt. Mengapa aku bisa bertahan sampai sejauh
ini? Entahlah aku juga tidak tahu. Mungkin karena hati ini sudah takluk pada
Noella.
Sore itu, aku menuju tempat favoritku,
tempatku mencurahkan seluruh sakit hatiku. Sebuah taman yang hijau dan sejuk,
dengan sebuah danau yang terletak di tengah taman itu. Ketenangan terasa begitu
langkah pertama memasuki taman ini. Tak salah aku memilih tempat ini.
Kulangkahkan kakiku menuju ke danau yang
berada di tengah taman itu. Dengan sebuah gitar yang ada di punggungku, aku
menyusuri rerumputan hijau yang bagaikan karpet yang membawaku ke danau yang
tenang. Sesampainya di pinggir danau, aku duduk bersandar dibawah pohon, mulai
memetik gitarku, dan melantunkan sebuah lagu…
Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku
menyukaimu…
Kau jalan berlalu di depan mataku…
Walaupun jadi begini, aku tetap melihatmu
dari tempat ini…
Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku
menyukaimu…
Kau bahkan tidak menoleh ke arahku….
Walau ku pakai payung, pipiku pun tetap
basah..
Diri ini tak berdaya…
“Wah..
Dev, suaramu bagus juga yah…” Aku menoleh, ternyata dia adalah….
“Noella?!”
Ucapku kaget.
“Ga
perlu kaget seperti itulah, emangnya aku hantu apa..” Ucapnya sambil cekikikan. “Ada apa kemari?” Tanyaku.
“Emangnya
gaboleh ya?” “Y-ya.. Boleh sihh..” Ucapku tergagap. Aku tidak percaya, gadis
yang kusukai sekian lama, berdiri dekat denganku sekarang.
“Aku
hanya menikmati suasana kok, Dev…” Jawab Noella lembut. Samar samar kulihat
wajahnya menampakkan raut kesedihan.
“Ada
masalah kah?” Tanyaku. Bodoh! Kenapa aku bertanya begini?! Aku takut Noella
akan marah kepadaku karena sudah lancang. Tak disangka sangka tiba tiba Noella
memelukku dan kemudian aku merasakan ada yang basah di bajuku. Ternyata… Dia
menangis.
“Eeh..
Noel… Ada apa?” Tanyaku. Dia tidak menjawabnya, masih terus menangis dalam
pelukanku. Yaah tak ada pilihan lain, aku balas memeluknya. Setelah tenang,
Noella akhirnya mau cerita semua kepadaku. Ternyata dia dikhianati oleh
kekasihnya sendiri Ray. Kekasih hatinya itu ketahuan sedang berselingkuh dengan
cewek lain, dan Noella melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Terlanjur
sakit hati, tanpa pikir panjang Noella memutuskan untuk meninggalkan Ray. Hati
Noella benar benar terluka. Aku juga merasa geram dan tidak tega mendengar
cerita Noella.
“Sudah
sudah, kamu tenang yah Noel…” Ucapku sambil menghiburnya. “Masih banyak cowok
yang lebih baik dari Ray kok..”
‘Hiks…
Makasih ya Dev… Kamu benar benar baik sama aku..” Noella kembali memelukku
dengan eratnya. Aku hanya bisa terdiam mematung saat Noella kembali memelukku,
tapi tak lama kemudian aku pun membalas pelukannya. Sungguh kami (aku lebih
tepatnya) menikmati momen ini. Menikmati senja di sore hari bersama dengan
orang yang sangat kusayangi.
Sejak
saat itu, aku dan Noella jadi semakin dekat. Kemanapun kami selalu bersama.
Hari hariku kujalani bersama Noella. Meskipun sudah dekat, aku masih belum mau
menyatakan perasaanku pada Noella. Aku takut, Noella akan menolak kemudian
menjauhiku. Ah, aku mungkin terlalu takut untuk menerima jawaban “tidak”…
*****
“Apa?
Lu belum nembak Noella?” Tanya Glenn kaget setelah mendengar ceritaku.
Sementara aku hanya terdiam tanpa ekspresi seolah tidak tahu apa apa.
“Yaelah
Dev, Lu mau mainin perasaannya Noella? Kasian tahu…” Tukas Glenn.
“Ya
gue bingung hoi gimana cara ngungkapinnya..”
“Apapun
yang terjadi, jangan kecewain atau sia siain Noella.. Lu tahu akibatnya bukan?”
Ucap Glenn sambil berlalu.
Aku mulai “merenungkan” kata-kata Glenn.
Tampaknya aku takboleh memendam rasa ini terlalu lama (sebab banyak orang
menganggap memendam rasa cinta itu sakitnya luar biasa). Aku berencana untuk
menyatakan perasaanku pada Noella.
Sepulangnya
dari sekolah, seperti biasa aku menunggu Noella di depan gerbang. Setelah
menunggu beberapa saat (menit lebih tepatnya) Noella menghampiriku.
“Dev,
yuk pulang…” Ujar Noella dengan senyumannya yang manis. Aku sempat terpana
melihatnya.
“Dev??”
Noella mencoba menyadarkanku.
“Eehh
iya iya maaf.. Hehehe… Mm, Noella bisa ikut aku sebentar?” Tanyaku sambil
sedikit gugup.
“Eehh?
Hmm.. Bisa kook.. Yukk..” Jawab Noella sambil menggandeng lenganku. Sukses, aku
jadi semakin gugup dibuatnya.
Akhirnya aku mengajak Noella, ke tempat
yang sering kami kunjungi berdua. Benar, taman itu, dengan danau di tengahnya.
Tempatku menghibur Noella dari semua kesedihan dan kekecewaannya. Noella
terlihat senang sekali setiap kali kuajak kemari. Kami sering bermain,
bercanda, sampai belajar bersama disini. Bisa dibilang, tempat ini penuh dengan
kenangan kami berdua.
“Noella?”
Panggilku.
“Eeh?
Iya Devon?” Balas Noella.
“Kamu
masih ingat ga.. Ketika kamu sedang sedih, kemudian aku menghiburmu?” Tanyaku.
“Eeh
iya.. Momen itu.. Hehehe.. Aku jadi malu..” Ucap Noella malu malu. Oke, mungkin
sudah saatnya untuk mengatakan yang sebenarnya, semua isi hatiku pada Noella.
“Noella,
coba deh kamu dengerin laguku ini..” Ucapku sambil mengambil gitarku. Noella
duduk dengan manisnya disampingku, menunggu aku memainkan senar senar gitarku
ini.
Ku tahu diriku jauh dari kata sempurna..
Ku tahu, aku tak seberapa..
Tapi ku punya hati, yang tak akan lelah,
meski waktu trus berjalan..
Dalam irama ini, kunyanyikan perasaanku…
Noella…
Kutuliskan nada nada ini untukmu…
Kusertakan namamu di dalam laguku…
Kelak kau tahu, betapa aku menginginkanmu…
Setelah
kuselesaikan laguku, tampak Noella menundukkan kepalanya. Sontak aku merasa
khawatir dengannya.
“Noella??
Kamu gapapa kan?” Tanyaku. Tiba tiba Noella memelukku dengan eratnya.
“Devon…
M-makasih y-ya.. M-makasih…” Isak Noella.
“Sama-sama…”
Ucapku sambil membalas pelukannya.
“Noella,
will you be my love?” Aku ungkapkan perasaanku padanya. Perasaan yang sudah aku
pendam sekian lama. Yang sempat aku pikir harus menguburnya. Dengan tangis
bahagia, Noella menganggukan kepalanya. “Yes, I will be your love, forever..”
Seketika itu juga, perasaan bahagia dari hatiku meluap. Perasaanku akhirnya
terbalaskan. Kuakhiri tangisannya dengan kecupan di keningnya. Noella pun
membalas dengan kecupan manisnya di pipiku.
“Terima
kasih ya Noel… Aku janji, aku akan membahagiakanmu seumur hidupku..” Ucapku
pada Noella.
“Aku
percaya kok Dev.. I love you always..” Jawab Noella sambil menggandeng erat
lenganku.
Penantianku telah berakhir. Semua air mata
kesedihan dan kesendirian telah berubah menjadi air mata kebahagiaan. Bersama
Noella, aku mulai membuka lembaran baru dalam hidupku, bersiap menapaki
hari-hariku bersama kekasihku satu satunya. Hari bisa berganti, Hari-hari bisa
berakhir, Namun satu yang kami yakini… Cinta kami tak akan berakhir…
“I love you, Noella…”
THE END
0 komentar:
Posting Komentar