Senin, 21 Juli 2014

[CERPEN] Red Rose for Elaine

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)


I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more

            Lagu ini selalu menemaniku, di tengah malam yang gelap, kala ku merindukan seorang perempuan yang selalu membuat aku merindukannya tanpa henti, membuat jantungku seakan berhenti berdetak saat ku bertatapan dengannya, membuat aku tak berdaya saat berada di dekatnya.

Namanya “Elaine” perempuan dengan paras cantik, menawan hati, dengan senyuman yang begitu manis dan takkan pernah tergantikan. Suara merdunya selalu membuat telinga ini berdenying, lengkap sudah perasaan rinduku ini padanya. Aku dan Elaine sebenarnya sudah lama saling kenal dan menjalin sebuah persahabatan yang sangat indah, hampir setiap hari, mungkin hampir setiap waktu aku dan Elaine selalu bersama. Karena kedekatan ini yang membuat timbulnya perasaan cinta dan sayang ini hanya untuknya. Sudah lama aku ingin mengungkapkan perasaan ini, namun aku tidak sanggup, aku takut mendengar dia nantinya menolak aku, bahkan yang lebih buruk akhirnya menjauhiku. Akhirnya aku hanya bisa memendam perasaan ini sampai aku bisa menemukan kesempatan untuk menyatakannya.


****

            Friendship Lake, itulah sebutan bagi tempat dimana aku dan Elaine sering datangi. Bermain, suka duka kami semuanya terekam disini. Danau yang ditumbuhi beberapa pohon didalamnya, membuat danau itu tampak asri, terlihat sepi, dan hijau. Disini juga tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan Elaine, dan saat itu juga aku merasakan rasa itu hadir lagi, namun dengan orang yang berbeda. Aku yang setelah sekian lama terpuruk dengan cinta yang lama, kini bangkit dan berani merasakannya lagi, dan itu hanya kepada Elaine.

            “Heei..” Seseorang membuyarkan lamunanku.
            “Ah.. Elaine, kamu mengagetkanku…”
            “Hehehe.. Habisnya, kamu main gitar pakai nglamun segala..”

Aku yang tersadar dari lamunanku sendiri karena kehadiran Elaine, sampai gitarku sendiri hampir kulempar. Untung saja aku masih bisa mengontrol diriku.

            “Siapa yang nglamun, ngaco nih..” Aku berbohong “Kemana saja kamu? Dari tadi aku nungguin lo…” Tanyaku.
            “Maaf ya dah bikin kamu nunggu lama, tadi aku bantuin mamaku sebentar..’” Elaine menundukkan kepala.
            “Ooh yaudah gapapa... Ayo sini duduk di sebelahku.” Pintaku. Elaine pun duduk tepat di sebelah kananku, pandangan kita berdua menghadap danau.
            “Joe… Mainin gitar dong..” Pinta Elaine padaku, dan aku pun mengiyakannya.
            “Okee.. Lagu apa? Aku yang main gitar, kamu yang nyanyi ya..”
            “Kita nyanyi sama sama dong.. Duet gitu ceritanya hehehe.. Lagu You and Me yaa..” Pinta Elaine. Pintanya yang unyu dan manja itu membuat hati ini semakin luluh dibuatnya. Aku pun langsung memainkan gitarku, petikan demi petikan yang kemudian disambung suara indah dari Elaine.

What day is it?
And then what month, this clock never seem so alive
I can’t keep up
And I can’t back down
I’ve been losing so much time

Cause it’s you and me
And all other people with nothing to do
Nothing to lose
And it’s you and me
And all other people
And I don’t know why
I can’t keep my eyes over you

            Disaat kita menyanyikan lagu You and Me, tiba tiba saja hujan turun, yag mengharuskan kami utuk pindah ke tempat teduh. Kebetulan di sekitar danau ada satu gubuk kecil, disanalah kami berteduh, sampai hujan benar benar berhenti. Hujan yang lebat disertai dengan angin membuat tubuh ini merinding kedinginan. Saat itu aku melihat Elaine yang hanya memakai baju lengan pendek dan bajunya terlihat basah. Dia pun ikut merasakan kedinginan dan mengusap usap kedua lengannya. Aku yang menggunakan jaket langsung kulepaskan dan ku pakaikan untuknya, agar dia bisa merasakan sedikit kehangatan. Saat itu juga aku memberanikan diri untuk memeluknya. Tanpa aku sadari Elaine membalas pelukanku itu, dengan menyandarkan kepalanya di bahuku. Sungguh momen yang sangat aku nanti nantikan sedari dulu, dan ini pertama kali aku memeluknya dari awal jumpa.

            “Joe…”
            “Iya..?”
            “Aku boleh Tanya sesuatu sama kamu?”
           
Elaine bertanya, sepertinya dia serius. Tapi dia masih berada dalam pelukanku, yang aku buat sehangat mungkin, agar dia tak merasakan kehangatan.

            “Boleh.. Tanya apa?”
            “Tapi kamu jawab dengan jujur ya…”
            “Iya Elaine… Tanya apa?” Aku dibuat penasaran olehnya.
            “Kamu suka aku?”

Pertanyaan itu seketika mengagetkanku, hatiku lebih tepatnya, dan aku terdiam cukup lama karenanya. Aku bingung harus menjawab apa, aku sangat mencintai dan sangat menyayanginya. Namun aku takut untuk mengungkapkannya, aku takut disaat nanti dia kecewa karena aku, dan aku tak mau orang yang aku sayang kecewa karena aku, intinya aku tak mau mengecewakan Elaine.

            “Maksudmu?”
            “Iya, apa kamu suka sama aku?”
            “Iya, aku suka kamu,tapi dulu..”
            “Sekarang?”
            Dengan bodohnya ku katakan, “ Sekarang aku hanya sayang sama kamu sebagai sahabat..”

Elaine melepaskan pelukanku dan berkata..
            “Oohh gitu, okee aku balik duluan ya, lagian hujannya sudah mulai reda. Duluan yaa babay..” Senyuman yang beda aku lihat saat itu, senyuman yang menyimpan sejuta kekecewaan didalamnya.

            “Elaineeee….” Panggilku.
            “Iyaa?” Elaine menjawabku tanpa menoleh ke arahku.
            “Perlu aku antar sampai rumah?”
            “Tidak, aku bisa pulang sendiri. Kamu pulang langsung ya, nanti takut hujannya turun lagi, nanti om dan tante mencemaskanmu..”
            “Serius?” Tanyaku menyakinkannya.
            “Serius, Iya udah ya, aku cepat cepat nanti takut hujan lagi..” Elaine berlari tanpa melihat ke arahku.
            “Elaineee… Hati hati yaa..” Teriakku. Dan Elaine hanya membalas dengan lambaian tangan tanpa melihatku lagi, berlalu dan menghilang dari pandanganku.

Aku yang sebelumnya belum pernah melihat Elaine bersikap seperti itu kepadaku, mungkinkah dia merasakan kekecewaan atas jawabanku? Apakah dia sedih atau bahkan kecewa saat aku katakana bahwa aku hanya sayang sebagai seorang sahabat? Mungkinkah Elaine mencintaiku? Diri ini terus bertanya tanya.


****

,           Setelah kejadian di danau saat itu, aku dan Elaine seakan putus kontak. Elaine tak pernah menghubungiku lagi semenjak saat itu. Aku berusaha terus menghubunginya, namun tak ada jawaban dari Elaine. Pernah sesekali aku berkunjung ke rumahnya, tapi Elaine tak mau menemuiku. Aku merasa bersalah, mungkinkah aku telah menyakiti hatinya? Mungkinkah dia sakit hati karena kata kataku di danau saat itu? Aku terus bertanya tanya dalam hati, dan aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika memang pernyataan itu membuat Elaine sakit hati.

8 minggu telah berlalu, semenjak saat itu aku tak lagi mengubungi Elaine, tak lagi mencarinya sampai ke rumah, tak lagi dapat menyentuhnya bahkan memeluknya, tak ada lagi cerita suka dan duka di antara kita, semua hilang seketika.

Mungkin karena Elaine merasakan ada yang aneh dalam diriku yang akhir akhir ini tidak menghubunginya, Elaine pun mengunjungi rumahku. Elaine mencariku, tapi yang ua temui di rumah bukan aku, melainkan ibuku. Ibuku meceritakan semua tentangku pada Elaine 8 minggu terakhir ini. Aku sempat menitipkan sesuatu kepada ibuku untuk aku berikan kepada Elaine jikalau dia sudah mencariku dan memaafkanku.

Ibuku memberikan titipanku yaitu “Mawar Merah Untuk Elaine” dan sebuah surat di dalamnya. Elaine menerima pemberianku melalui ibu, dan Elaine membaca surat yang ada di tengah rangkaian bunga tersebut.


Dear Elaine,

       Hei apa kabar? Baik baik dong. Jangan cemberut dong kalau baca surat dari aku. Senyum deh pasti cantik, kan kamu yang bilang sendiri, kalau senyummu itu bisa menaklukkan dunia. Dan sekaligus menaklukkan hatiku juga. Hehe..
       Oh ya, kamu kemana aja? Kok gak ada kabarnya.. Aku kangen sama kamu Elaine… Kamu jahat banget tiba tiba menghilang dan gak ngasih kabar sama sekali. Kamu tahu kan kalau aku sering hubungi kamu, tapi gak ada satupun yang kamu jawab, kenapa?
Yaudah sih gapapa, lagian juga udah berlalu..

Elaine…
Maafin aku udah buat kamu kecewa..
Di danau itu aku gak bermaksud buat kamu sedih. Waktu itu aku gak ada pilihan untuk menjawab pertanyaanmu.. Aku takut nantinya kamu malah terluka karena aku.. Aku gak mau kamu sedih karena aku…

Elaine…
Aku itu cinta dan sayang banget sama kamu..
Dari dulu sampai sekarang..
Di danau itu aku bohong sama kamu dan perasaanku sendiri. Aku sudah memiliki rasa ini dari awal kita bertemu. Tapi aku takut mengungkapkannya..

Elaine…
Kamu terima yah mawar merah dari aku..
Lambang cintaku padamu ini..
Cinta yang tak pernah putus, dan akan selalu abadi di dalam hati ini..

Elaine..
Maafin aku yang udah meninggalkanmu..
Aku tak berdaya lagi untuk melawan rasa sakit yang sudah lama mendiami tubuhku ini..
Maafin aku, aku tak pernah cerita soal ini ke kamu..
Aku takut kamu khawatir, Elaine..
Tapi aku janji, aku pergi tak meninggalkan semuanya
Senyummu, tawamu, air matamu, semuanya bahkan cintamu selalu bersamaku.. Di dalam hati ini, abadi bersama cintamu.
Dan aku selalu bersama denganmu.. Aku selalu ada di hatimu, kemanapun kamu pergi.. Aku selalu jagain kamu disini..

Elaine…
Terima kasih selama ini telah menjadi sahabatku..
Our Friendship Lake, dimana aku pertama melihatmu dan langsung jatuh cinta..
Dimana kita saling bertukar cerita, bernyanyi, suka cita bersama..
Dan di Friendship Lake, aku dapat memelukmu.. Itu pelukanku untukmu yang pertama dan terakhir bagiku.
Di Friendship Lake juga, terakhir kita bertemu..

Elaine…
Aku hanya bisa memberikan ini saja..
Semoga kamu suka ya..
Jangan sedih lagi ya..
I Want You, I Need You, and…
I LOVE YOU…

Salam Sayang, Joe



The End..

2 komentar:

Ahmad Prasetya mengatakan...

Hahahahaha, tak pikir vakum jo. Lanjutkan gan!
Note : Ceritane kurang panjang :)

joedave13 mengatakan...

Thanks Pras.. Hahaha.. Iya seh, Suratnya yang panjang ._.

Posting Komentar

 
;