Inspired by: Sarafin
“Sarafin….” Panggilku.
Tidak
ada jawaban..
“Hei, Sarafinn…”Panggilku lebih
keras.
“Ehh, iya ada apa Kak Dave?”
Tanyanya sambil menoleh ke aku.
“Sarafin, hidung kamu berdarah lagi!”
Teriakku panic.
Dengan
segera aku mengambil tisu kemudia mengusapkannya ke hidung Sarafin. Dia
terlihat pucat dan lemas.
“Kak Dave… aku… gapapa kook…”
Ucapnya pelan.
“Kamu itu lagi sakit, sayang… Jangan
buat aku khawatir dong…” Jawabku.
“Mm-maaf ya kak….” Tiba tiba ia menangis. Aku jadi merasa
bersalah akan kata kataku barusan, spontan aku peluk dia dengan eratnya.
“Sudah… Yang penting kamu gapapa
sekarang. Maafin perkataanku tadi ya?” Jawabku.
“Hiks… Iyaa kak Dave…” Ucapnya
sambil membalas pelukanku.
*****
Sudah 2 tahun berlalu, semenjak aku
pertama kali berkenalan dengan Sarafin. Sudah banyak suka dan duka yang telah
kami lewati bersama. Bercanda bersama, bertengkar… Walaupun kami kadang
bertengkar tapi setelah itu, kami berbaikan kembali. Dan selama itu kesedihanku
yang terbesar adalah mengetahui, kalau sebenarnya Sarafin punya penyakit
kelainan ginjal, ginjalnya tak berfungsi dengan baik. Hal itulah yang sering
membuatku sering khawatir pada keadaannya. Namun dia selalu berkata, “jangan
khawatir kak… Aku baik baik saja kook..” Dia selalu berusaha tersenyum meskipun
di tengah penderitaan yang dialaminya.
Suatu hari, sembari menunggu Sarafin
pulang sekolah, aku mencoba membaca buku tentang “Strategi Troya” dan “Gunung
Vesuvius yang menghancurkan kota Pompey.” Yaah aku cukup suka membaca buku
tentang abad pertengahan. Di tengah keasikanku membaca tiba tiba ada yang
menutup mataku dari belakang.
“Ehh, siapa ini…” Tanyaku.
“Kak Dave….” Sapa suara itu dengan
imutnya.
“Ini Sarafin kan?” Kataku sambil
menebak nebak.
Dan
ternyata benar, itu adalah Sarafin.
“Haloo kak..” Sapanya sambil mencium
pipiku.
“Eeh iya, halo... Gimana sekolahmu
hari ini?” Balasku sambil mencium keningnya.
“Yaah, biasa biasa aja sih hehehe…
Yuk pulang kak..” Pintanya.
“Iya deh, ayo..”
Kemudian
aku mengantarkan Sarafin pulang dengan motorku. Rumahnya tidak terlalu jauh
dari rumahku, hanya beda beberapa blok saja. Setelah hampir 15 menit akhirnya
kami sampai di rumah Sarafin.
“Sarafin, kita udah sampai nih..”
“Ooh iya kak, hehehe makasih ya udah
nganterin..”
“Iyaa sama sama..” Jawabku.
“Kak Dave ga mau mampir dulu?”
Tanyanya.
“Enggak deh, kakak masih ada tugas
kuliah kimia tentang Katalisator hehehe…” Jawabku.
“Wah apaan itu? Hehehe yaudah aku
masuk dulu yaa kak..” Ucapnya sambil mencium pipiku kemudian ia masuk ke dalam
rumahnya. Setelah itu, aku memacu motorku kembali ke rumahku.
*****
*Seminggu
kemudian*
“TRRIRITT….” Suara HPku berbunyi.
“Iyaa halo…”
“Hallo, ini nak Dave?”
“Ooh iya bener, ini dari siapa?”
“Ini dari saya, mamanya Sarafin.”
“Ooh iya tante, ada apa?” Tanyaku.
“Begini nak, Sarafin masuk rumah
sakit ****… Penyakit ginjalnya sudah parah..” Kata Mamanya.
“Apa??! Yaudah tante, saya akan
segera ke sana.” Kataku sambil menutup
panggilan.
“Sarafin, ada apa denganmu… Baik
baiklah disana sampai aku datang ya..” Batinku cemas.
Setelah
menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya aku sampai di rumah sakit
yang dituju. Segera aku memarkirkan motorku kemudian aku menuju bagian
informasi.
“Suster, pasien bernama Sarafin ada
di ruangan mana ya?” Tanyaku pada seorang suster.
“Ooh, sebentar saya carikan.. Ada di
ruangan 484 mas.” Jawab suster itu.
“Makasih banyak, suster.” Kemudian
aku pergi ke ruangan 484 dan ternyata benar, di depan ruangan itu mamanya
Sarafin duduk menunggu.
“Tante, bagaimana keadaannya?”
Tanyaku.
“Kondisinya udah parah nak, Sarafin
butuh donor ginjal baru, sedangkan stok di rumah sakit ini ke betulan sudahh
habis. Tante ga tau gimana caranya lagi.”
“Tante tenang yaa, ohh ya Dave mau
ijin pulang sebentar, nanti kesini lagi kok te..” Jawabku.
‘Yaudah, hati hati ya nak…”
Kemudian
dengan cepat aku kembali ke motorku, dan memacunya kembali ke rumah. Setelah
sampai di rumah, kebetulan ada papa dan mamaku di rumah, langsung ku hampiri
mereka.
“Pa, ma, ada yang ingin aku
bicarakan..” Ucapku.
“Apa itu nak?” Tanya papaku.
“Pa, aku ingin mendonorkan ginjalku
kepada Sarafin…” Seketika papa dan mamaku kaget.
“Tapi nak, itu bisa membahayakan
nyawamu!”
“Aku tahu ma, tapi aku gak kuat
kalau harus melihat Sarafin menderita, lebih baik aku saja yang mengorbankan
diriku daripada harus melihatnya menderita.” Jelasku sambil menangis.
“Baiklah kalau itu keputusanmu, kami
semua menerima, nak..” Kemudian kami berpelukan bersama. Setelah itu kami
bersama sama bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya
di rumah sakit..
“Tante, aku mau mendonorkan ginjalku
kepada Sarafin..” Kataku.
“Eh? Benarkah itu Dave? Apa kau
serius?” Tanya mamanya Sarafin.
“Iya te, saya tidak kuat kalau
Sarafin harus menderita terus terusan. Saya ingin Sarafin tetap hidup. Te, ini
ada surat dari saya, tolong nanti kasihkan ke Sarafin ya tante..” Pintaku.
“Iya nak, makasih ya buat
pengorbananmu untuk Sarafin. Tante merasa sangat berterima kasih banget sama
kamu….” Ucap mamanya Sarafin sambil menitikkan air mata.
Setelah
itu, aku dibawa ke ruang operasi untuk melaksanakan donor ginjalku. Akhirnya,
kehidupanku di dunia ini berakhir. Meninggalkan dunia dengan damai, Sarafin…
semoga kamu selamat…
Beberapa
saat kemudian…..
Sarafin terbangun dari tidurnya.
Operasi ginjalnya berhasil dan dia kembali berangsur angsur sehat. Ketika ia
terbangun kembali….
“Di… Dimana aku??” Tanya Sarafin.
Dia tidak ingat apa yang terjadi dengan dirinya.
“Sarafin, kamu sudah sadar??” Tanya
mamanya bahagia.
“Ma, aku dimana?” Tanya Sarafin.
“Kamu di rumah sakit nak….”
“Ohh ya kak Dave dimana…?”
Mamanya
tak dapat menjawab apa apa…. “Sayang, Kak Dave menitipkan sesuatu padamu…” Kata
Mamanya sambil menyerahkan suratku.
Sarafin
yang kebingungan akhirnya membuka surat yang aku berikan…
“Haloo
Sarafin, hehehe.. Maaf ya sebelumnya mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah
gak berada di sisimu lagi. Maaf kalau aku tiba tiba meninggalkanmu, aku tidak
kuat kalau melihatmu terus menerus menderita. Aku ingin kamu terus hidup dan
menggapai cita citamu. Sepasang ginjalku sekarang menjadi milikmu, jaga baik
baik ya.. Maaf ya kalau selama ini aku ngecewain kamu, jangan lupain aku yaa J aku sayang kamu, Sarafin.. Kak Dave.”
Seketika itu juga, Sarafin menangis
sekencang kencangnya. Dia tidak percaya kalau Dave mengorbankan ginjalnya
untuknya. “Kak Dave, makasih yaa buat pengorbananmu, aku berjanji akan selalu
menjaga pemberianmu ini. Makasih untuk semuanya, I love you, Kak Dave….”
THE
END
0 komentar:
Posting Komentar