Senin, 22 September 2014 0 komentar

[CERPEN] Unwinged Angel (Part 3)

By: @Joe_Dave13




“Cupp!’” Mendadak ciuman dari bibir Darlene mendarat di pipiku. Sontak aku langsung kaget ketika dicium oleh Darlene.
            “B-babay D-devon..” Ucap Darlene sambil berlari menuju rumahnya. Wajah Darlene memerah, begitu juga dengan wajahku. “Ini bukan mimpi kan…?” Tanyaku dalam hati. Aku mencoba menampar pipiku sendiri. “Aahh! Sakitt!! Ternyata bukan mimpi deh hehehe…” Aku bersorak kegiranga dalm hati. Bayangin, dapet kiss dari cewek cakep macam Darlene. Aku sempat berpikir aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini.
            “Wah, lupa minta nomor telponnya Darlene.. Ahh bodoh!” Rutukku.
            “Ahh sudahlah, besok juga ketemu lagi kan…” Aku menghidupkan motor maticku dan segera meluncur ke rumah. Cukup melelahkan sebenarnya hari ini, tapi karena ada Darlene, rasanya bebanku itu hilang entah kemana.

Malamnya, aku hanya berbaring di tempat tidur sambil membaca novel kesukaanku, sampai tiba tiba handphoneku bergetar tanda ada panggilan masuk.

            “Siapa sih nelpon malem malem gini… Mana gaada namanya lagi..” Batinku. Aku mencoba menjawab panggilan itu.
            “Halo Dev…” Ucap suara itu. Sepertinya suara ini aku kenal…
            “Ya… Halo? Ini dari siapa ya?” Tanyaku.
            “Ehh… Ini aku Darlene.. Maaf mengganggu Dev..” Sontak aku langsung menjawab dengan semangat (aneh memang -_-)
            “Ooh iya Darlene? Ada apa??” Tanyaku pada Darlene.
            “Mm.. Gini… Aku mau tanya tugas matematika yang tadi.. Kurang jelas nih..” Jawabnya.
            “Oohh.. okee tunggu sebentar yaa…” Ucapku. Aku segera mengambil buku matematikaku, dan menjelaskan tugasnya pada Darlene.

            “Sudah jelas kan?” Tanyaku.
            “Hehehe iyaa sudah… Makasih ya Devon…” Jawab Darlene. Duuh, suaranya imut sekali.
            “S-sama sama D-darlene..” Ucapku gugup.
            “Ga perlu gugup juga kali Dev.. Hahahaha…”
            “Hihihi… Habisnya aku lagi nelpon sama bidadari..” Ucapku.
            “Gombal mulu kan..” Jawab Darlene.
            “Emang gaboleh nih?” Godaku.
            “Ga-bo-leh… Hahaha.. Udah ahh aku mau ngerjain tugas dulu.. Byee Devon…”
            ‘Oohh okay… Byee Darlene…” Aku menutup panggilanku. Yess!! Gue dapet nomernya Darlene. Kini komunikasiku dengan Darlene jadi semakin dekat, makin lama makin dekat.
Beberapa bulan telah berlalu, kini aku dan Darlene telah menjadi seorang sahabat, sahabat yag sangat dekat. Sampai sampai beberapa teman kami mengira kalau kami berpacaran, padahal kami hanya bersahabat. Tapi jujur, aku juga menginginkan hubungan yang lebih dari seorang sahabat, yap… Andai Darlene bisa menjadi milikku seutuhnya, pastilah cerita kami berdua jadi lebih indah. Namun apa daya, aku terjebak “Friendzone”. Huft…

Suatu hari, saat sedang berbincang bincang dengan beberapa teman laki lakiku, aku melihat Darlene berjalan berdua dengan seorang cowok dari kelas lain. Aku berusaha untuk tidak negative thinking terlebih dahulu, bisa saja itu hanya temannya. Namun makin lama, mereka jadi semakin dekat. Lama lama juga, aku jadi “jealous”.. Hubunganku dengan Darlene makin lama makin renggang. Tak ada yang kembali menemaniku disaat malam datang. Sungguh kini hari hariku menjadi sepi dan membosankan.

Suatu ketika, sang cowok si “pacar” Darlene mendekatiku dan berkata “Hei, kau cowok dekatnya Darlene?” Tanya si cowok itu. “Bukan urusanku..” Jawabku dingin. “Kuperingatin yaa… Darlene sekarang punya gue… Jadi jangan coba coba deketin dia lagi. Mengerti?!” “Cihh.. Bisanya cuman mengancam..” Aku meremehkannya.

                       “Buak!!!” Sebuah pukulan keras langsung mengenai pipiku, seketika itu juga mulutku mengeluarkan darah.
                       “Itu peringatan bagimu, sialan!”


TO BE CONTINUED
Sabtu, 06 September 2014 0 komentar

[CERPEN] Unwinged Angel (Part 2)

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)




            “Darlene? Kamu nggak ke kantin?” Tanyaku.
            “Ehh? Pingin sih.. Tapi aku gatau jalan..” Jawab Darlene murung.
            “Yaudah.. Barengan aja yuk..” Ajakku. “Kamu mau kan?”
            “Mau kok.. Yuk..” Jawabnya sambil menampakkan senyumnya yang manis.
            “Cantiknya…” Gumamku.
            “Heeii.. Kok nglamun sih… Jadi nggak nih?” Darlene membuyarkan lamunanku.
            “Ehh.. Jadi kok.. Jadi.. Hehehe…. Yuk dah..” Ucapku. Akhirnya kami menuju ke kantin berdua. Sungguh bahagia aku bisa mendapat kesempatan berjalan berdua dengan teman baruku, Darlene. Hati ini serasa melayang ketika tanpa sadar Darlene menggandeng tanganku dengan eratnya. Ohh, ya Tuhan.. I.. don’t know about this feeling… Tanpa sadar aku dan Darlene sampai di kantin.

            “Mau pesan apa nih?” Tanyaku pada Darlene.
            “Tenderloin steaknya 1 sama lemon teanya 1..” Jawab Darlene.
            “Eeeh gila.. Mana ada Tenderloin steak disini?”
            “Hahaha… canda canda… Aku bakso sama es teh aja deh..”
            “Oohh yaudah, biar aku pesenin yaa..”
Sambil menunggu pesanan datang, aku mulai berbincang bincang dengan Darlene. Membahas semua hal yang enak untuk dibahas, dari yang penting banget sampai yang gak penting sama sekali. Ternyata Darlene orangnya asik banget, dia nyambung kalau aku ajak bicara. Dan tentu saja… Dia selalu tertawa ketika mendengarku membuat lelucon. Hahaha.. Kami terlihat akrab sekali, meskipun kami baru berkenalan satu dengan yang lain.
Tak berapa lama kemudian, pesanan kami berdua datang. 2 porsi bakso dan 2 gelas es teh untuk kami santap.
            “Selamat makan Devon…” Ucapnya dengan suaranya yg sedikit manja.
            “Hehehe, selamat makan juga Darlene..” Ucapku terpana. Kami langsung makan dengan lahap, meskipun hanya bakso dan es teh, bagi kami sudah seperti makan di restoran.
            “Enak banget yaa… Hehehehe…” Ucapku sambil melahap bakso.
            “Hihihi enak sih enak… Tapi ga pakai belepotan juga kalii…” Jawab Darlene sambil mengambil tisu, kemudian mengusap mulutku. Deg! Jantungku berdebar dengan kencang. Mulutku diusap usap oleh bidadari. Aku sempat terpana olehnya selama beberapa saat.
           
            “Eehh ni anak malah nglamun!” Ucap Darlene mengagetkanku.
            “Eh! Habisnya…. Kamu cantik sih…” Jawabku ngasal.
            “Gombal ihh…” Ucap Darlene sambil mencubit lenganku.
            “Ooii sakit nihh -___-“ Mendadak kami langsung tertawa terbahak bahak. Sungguh momen yang sangat indah buatku (pribadi). Baru berkenalan dengan seorang malaikat, tak butuh waktu lama langsung akrab dengan sendirinya. Sepanjang di kantin sekolah kami bercanda bersama, tertawa bersama. Dalam hati, andai ku bisa memilikinya sekarang….
Tak terasa sudah 30 menit kami bersama di kantin…

            “KRINGGG!!!” Bel tanda masuk berbunyi.
            “Laah.. Udah bel ternyata… Masuk yuk…” Ajak Darlene.
            “Yaah kok udah masuk sih…” Gerutuku. Sebenarnya aku tidak mau waktu waktu ini berakhir. Aku masih ingin menikmati waktu waktu ini bersamanya. Tanpa disangka, Darlene menarik tanganku ke kelas.
            “Cepetan sih cepetan… Tapi ya gausah tarik tarik juga kali…” Ucapku. Dalam hati aku merasa gugup atas perlakuan yang tiba tiba itu. Darlene hanya membalas dengan senyuman manisnya, yang sukses membuatku (hampir) pingsan. Oke ini lebay.

*****
            Akhirnya hari yang melelahkan pun berakhir. Aku segera keluar dari sekolah “melelahkan” ini dan menuju ke parkiran motor untuk mengambil motor maticku. Begitu keluar gerbang, mataku tertuju pada seseorang yang sedang menunggu di halte depan sekolah.

            “Looh… Itu kan Darlene…” Batinku. Terbesit dalam benakku untuk menghampirinya, siapa tahu dia ingin pulang bersamaku. Okay, ini modus kan?
            “Hai Darlene, lagi nunggu siapa?” Tanyaku.
            “Loo Devon? Mm… Aku bingung nih pulangnya gimana…” Jawabnya sedih.
            “Oalah… Pulang bareng aja yuk? Alamatmu dimana?” Tanyaku.
            “Disini Dev…. ***********” Jawab Darlene sambil menunjukkan alamat rumahnya.
            “Loh? Ini dekat dengan rumahku kok.. Hanya beda beberapa ratus meter saja kok.. Bareng yuk??” Tawarku.
            ‘Beneran nih gapapa?” Ucap Darlene ragu ragu.
            “Udah ayooo…” Segera Darlene menaiki jok belakangku dan segera aku mengantarkan Darlene pulang. Dan.. Sepanjang perjalanan kami bercanda bercanda ria. Kami dibuat tertawa terus karena lelucon lelucon yang kami buat sepanjang jalan. Untungnya aku masih bisa menguasai jalannya pertandingan, eh salah.. Maksudnya laju motorku. Ga lucu kan kecelakaan hanya karena kami tertawa tertawa sepanjang jalan?

Akhirnya setengah jam kemudian, kami sampai di rumah Darlene. Rumah yang besar dan mewah, jauh melebihi rumahku.
            “Naaah udah nyampai nih…” Ucapku pada Darlene. Tak ada jawaban.
            “Darlene???” Panggilku sambil menoleh ke belakang.
            “Yaelah ternyata tidur…” Batinku. “Hooi udah nyampai nihh..” Ucapku sambil mencubit hidungnya.
            ‘Iihh.. Devon ganggu deh…” Ucap Darlene sambil turun dari motorku.
            “Habisnya kamu ngebo aja -__-“ Aku mencoba mengelak.
            “Makasih ya Devon…” Ucapnya malu malu.
            “Eh? Iya sama sama Darlene.” Tiba tiba… *CUPPP!”


TO BE CONTINUED
 
;