Senin, 22 September 2014 0 komentar

[CERPEN] Unwinged Angel (Part 3)

By: @Joe_Dave13




“Cupp!’” Mendadak ciuman dari bibir Darlene mendarat di pipiku. Sontak aku langsung kaget ketika dicium oleh Darlene.
            “B-babay D-devon..” Ucap Darlene sambil berlari menuju rumahnya. Wajah Darlene memerah, begitu juga dengan wajahku. “Ini bukan mimpi kan…?” Tanyaku dalam hati. Aku mencoba menampar pipiku sendiri. “Aahh! Sakitt!! Ternyata bukan mimpi deh hehehe…” Aku bersorak kegiranga dalm hati. Bayangin, dapet kiss dari cewek cakep macam Darlene. Aku sempat berpikir aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini.
            “Wah, lupa minta nomor telponnya Darlene.. Ahh bodoh!” Rutukku.
            “Ahh sudahlah, besok juga ketemu lagi kan…” Aku menghidupkan motor maticku dan segera meluncur ke rumah. Cukup melelahkan sebenarnya hari ini, tapi karena ada Darlene, rasanya bebanku itu hilang entah kemana.

Malamnya, aku hanya berbaring di tempat tidur sambil membaca novel kesukaanku, sampai tiba tiba handphoneku bergetar tanda ada panggilan masuk.

            “Siapa sih nelpon malem malem gini… Mana gaada namanya lagi..” Batinku. Aku mencoba menjawab panggilan itu.
            “Halo Dev…” Ucap suara itu. Sepertinya suara ini aku kenal…
            “Ya… Halo? Ini dari siapa ya?” Tanyaku.
            “Ehh… Ini aku Darlene.. Maaf mengganggu Dev..” Sontak aku langsung menjawab dengan semangat (aneh memang -_-)
            “Ooh iya Darlene? Ada apa??” Tanyaku pada Darlene.
            “Mm.. Gini… Aku mau tanya tugas matematika yang tadi.. Kurang jelas nih..” Jawabnya.
            “Oohh.. okee tunggu sebentar yaa…” Ucapku. Aku segera mengambil buku matematikaku, dan menjelaskan tugasnya pada Darlene.

            “Sudah jelas kan?” Tanyaku.
            “Hehehe iyaa sudah… Makasih ya Devon…” Jawab Darlene. Duuh, suaranya imut sekali.
            “S-sama sama D-darlene..” Ucapku gugup.
            “Ga perlu gugup juga kali Dev.. Hahahaha…”
            “Hihihi… Habisnya aku lagi nelpon sama bidadari..” Ucapku.
            “Gombal mulu kan..” Jawab Darlene.
            “Emang gaboleh nih?” Godaku.
            “Ga-bo-leh… Hahaha.. Udah ahh aku mau ngerjain tugas dulu.. Byee Devon…”
            ‘Oohh okay… Byee Darlene…” Aku menutup panggilanku. Yess!! Gue dapet nomernya Darlene. Kini komunikasiku dengan Darlene jadi semakin dekat, makin lama makin dekat.
Beberapa bulan telah berlalu, kini aku dan Darlene telah menjadi seorang sahabat, sahabat yag sangat dekat. Sampai sampai beberapa teman kami mengira kalau kami berpacaran, padahal kami hanya bersahabat. Tapi jujur, aku juga menginginkan hubungan yang lebih dari seorang sahabat, yap… Andai Darlene bisa menjadi milikku seutuhnya, pastilah cerita kami berdua jadi lebih indah. Namun apa daya, aku terjebak “Friendzone”. Huft…

Suatu hari, saat sedang berbincang bincang dengan beberapa teman laki lakiku, aku melihat Darlene berjalan berdua dengan seorang cowok dari kelas lain. Aku berusaha untuk tidak negative thinking terlebih dahulu, bisa saja itu hanya temannya. Namun makin lama, mereka jadi semakin dekat. Lama lama juga, aku jadi “jealous”.. Hubunganku dengan Darlene makin lama makin renggang. Tak ada yang kembali menemaniku disaat malam datang. Sungguh kini hari hariku menjadi sepi dan membosankan.

Suatu ketika, sang cowok si “pacar” Darlene mendekatiku dan berkata “Hei, kau cowok dekatnya Darlene?” Tanya si cowok itu. “Bukan urusanku..” Jawabku dingin. “Kuperingatin yaa… Darlene sekarang punya gue… Jadi jangan coba coba deketin dia lagi. Mengerti?!” “Cihh.. Bisanya cuman mengancam..” Aku meremehkannya.

                       “Buak!!!” Sebuah pukulan keras langsung mengenai pipiku, seketika itu juga mulutku mengeluarkan darah.
                       “Itu peringatan bagimu, sialan!”


TO BE CONTINUED
Sabtu, 06 September 2014 0 komentar

[CERPEN] Unwinged Angel (Part 2)

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)




            “Darlene? Kamu nggak ke kantin?” Tanyaku.
            “Ehh? Pingin sih.. Tapi aku gatau jalan..” Jawab Darlene murung.
            “Yaudah.. Barengan aja yuk..” Ajakku. “Kamu mau kan?”
            “Mau kok.. Yuk..” Jawabnya sambil menampakkan senyumnya yang manis.
            “Cantiknya…” Gumamku.
            “Heeii.. Kok nglamun sih… Jadi nggak nih?” Darlene membuyarkan lamunanku.
            “Ehh.. Jadi kok.. Jadi.. Hehehe…. Yuk dah..” Ucapku. Akhirnya kami menuju ke kantin berdua. Sungguh bahagia aku bisa mendapat kesempatan berjalan berdua dengan teman baruku, Darlene. Hati ini serasa melayang ketika tanpa sadar Darlene menggandeng tanganku dengan eratnya. Ohh, ya Tuhan.. I.. don’t know about this feeling… Tanpa sadar aku dan Darlene sampai di kantin.

            “Mau pesan apa nih?” Tanyaku pada Darlene.
            “Tenderloin steaknya 1 sama lemon teanya 1..” Jawab Darlene.
            “Eeeh gila.. Mana ada Tenderloin steak disini?”
            “Hahaha… canda canda… Aku bakso sama es teh aja deh..”
            “Oohh yaudah, biar aku pesenin yaa..”
Sambil menunggu pesanan datang, aku mulai berbincang bincang dengan Darlene. Membahas semua hal yang enak untuk dibahas, dari yang penting banget sampai yang gak penting sama sekali. Ternyata Darlene orangnya asik banget, dia nyambung kalau aku ajak bicara. Dan tentu saja… Dia selalu tertawa ketika mendengarku membuat lelucon. Hahaha.. Kami terlihat akrab sekali, meskipun kami baru berkenalan satu dengan yang lain.
Tak berapa lama kemudian, pesanan kami berdua datang. 2 porsi bakso dan 2 gelas es teh untuk kami santap.
            “Selamat makan Devon…” Ucapnya dengan suaranya yg sedikit manja.
            “Hehehe, selamat makan juga Darlene..” Ucapku terpana. Kami langsung makan dengan lahap, meskipun hanya bakso dan es teh, bagi kami sudah seperti makan di restoran.
            “Enak banget yaa… Hehehehe…” Ucapku sambil melahap bakso.
            “Hihihi enak sih enak… Tapi ga pakai belepotan juga kalii…” Jawab Darlene sambil mengambil tisu, kemudian mengusap mulutku. Deg! Jantungku berdebar dengan kencang. Mulutku diusap usap oleh bidadari. Aku sempat terpana olehnya selama beberapa saat.
           
            “Eehh ni anak malah nglamun!” Ucap Darlene mengagetkanku.
            “Eh! Habisnya…. Kamu cantik sih…” Jawabku ngasal.
            “Gombal ihh…” Ucap Darlene sambil mencubit lenganku.
            “Ooii sakit nihh -___-“ Mendadak kami langsung tertawa terbahak bahak. Sungguh momen yang sangat indah buatku (pribadi). Baru berkenalan dengan seorang malaikat, tak butuh waktu lama langsung akrab dengan sendirinya. Sepanjang di kantin sekolah kami bercanda bersama, tertawa bersama. Dalam hati, andai ku bisa memilikinya sekarang….
Tak terasa sudah 30 menit kami bersama di kantin…

            “KRINGGG!!!” Bel tanda masuk berbunyi.
            “Laah.. Udah bel ternyata… Masuk yuk…” Ajak Darlene.
            “Yaah kok udah masuk sih…” Gerutuku. Sebenarnya aku tidak mau waktu waktu ini berakhir. Aku masih ingin menikmati waktu waktu ini bersamanya. Tanpa disangka, Darlene menarik tanganku ke kelas.
            “Cepetan sih cepetan… Tapi ya gausah tarik tarik juga kali…” Ucapku. Dalam hati aku merasa gugup atas perlakuan yang tiba tiba itu. Darlene hanya membalas dengan senyuman manisnya, yang sukses membuatku (hampir) pingsan. Oke ini lebay.

*****
            Akhirnya hari yang melelahkan pun berakhir. Aku segera keluar dari sekolah “melelahkan” ini dan menuju ke parkiran motor untuk mengambil motor maticku. Begitu keluar gerbang, mataku tertuju pada seseorang yang sedang menunggu di halte depan sekolah.

            “Looh… Itu kan Darlene…” Batinku. Terbesit dalam benakku untuk menghampirinya, siapa tahu dia ingin pulang bersamaku. Okay, ini modus kan?
            “Hai Darlene, lagi nunggu siapa?” Tanyaku.
            “Loo Devon? Mm… Aku bingung nih pulangnya gimana…” Jawabnya sedih.
            “Oalah… Pulang bareng aja yuk? Alamatmu dimana?” Tanyaku.
            “Disini Dev…. ***********” Jawab Darlene sambil menunjukkan alamat rumahnya.
            “Loh? Ini dekat dengan rumahku kok.. Hanya beda beberapa ratus meter saja kok.. Bareng yuk??” Tawarku.
            ‘Beneran nih gapapa?” Ucap Darlene ragu ragu.
            “Udah ayooo…” Segera Darlene menaiki jok belakangku dan segera aku mengantarkan Darlene pulang. Dan.. Sepanjang perjalanan kami bercanda bercanda ria. Kami dibuat tertawa terus karena lelucon lelucon yang kami buat sepanjang jalan. Untungnya aku masih bisa menguasai jalannya pertandingan, eh salah.. Maksudnya laju motorku. Ga lucu kan kecelakaan hanya karena kami tertawa tertawa sepanjang jalan?

Akhirnya setengah jam kemudian, kami sampai di rumah Darlene. Rumah yang besar dan mewah, jauh melebihi rumahku.
            “Naaah udah nyampai nih…” Ucapku pada Darlene. Tak ada jawaban.
            “Darlene???” Panggilku sambil menoleh ke belakang.
            “Yaelah ternyata tidur…” Batinku. “Hooi udah nyampai nihh..” Ucapku sambil mencubit hidungnya.
            ‘Iihh.. Devon ganggu deh…” Ucap Darlene sambil turun dari motorku.
            “Habisnya kamu ngebo aja -__-“ Aku mencoba mengelak.
            “Makasih ya Devon…” Ucapnya malu malu.
            “Eh? Iya sama sama Darlene.” Tiba tiba… *CUPPP!”


TO BE CONTINUED
Jumat, 22 Agustus 2014 0 komentar

[CERPEN] Unwinged Angel (Part 1)

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)



            Sekolah lagi, yah…  Baru juga menikmati masa masa liburan natal yang cukup menyenangkan, sekarang aku harus berurusan lagi dengan sekolah. Menyebalkan! Apakah di dunia ini tak ada hal lain selain sekolah? Aku mulai bosan dengan aktivitasku sekarang. Monoton, titik. Tapi yaah mau tidak mau aku harus menjalaninya, walau terpaksa…
Suasana sekolah cukup ramai, berhubung masuk semester baru. Tapi mah aku cuek aja dengan keadaan sekitar. Terus kulangkahkan kakiku menuju kelasku, begitu aku membuka pintu, aku melihat teman temanku pada ngucapin Selamat Tahun Baru. Segera kuletakkan tasku di bangku yang paling belakang.

            “Wooi Devon.. Happy New Year..” Aku melihat dua orang berdiri di samping mejaku. Ternyata itu 2 temanku, Dustin dan Elaine.
            “Yaa.. Happy New Year…” Ucapku singkat.
            “Yeee… Baru masuk aja udah lemes? Kenapa sih?” Tanya Dustin kebingungan.
            “Gapapa, bosen..” Jawabku terkesan cuek. “Baru liburan bentar udah masuk lagi..” Ucapku lagi.
            “Jomblo sihh hahahaha..” Dustin mengejekku.
            “Hahaha, Devon masih belum dapet pasangan?” Tanya Elaine.
            “Masih mencari yang tepat..” Ucapku sok gaya. “Laa emang lu gak jones?” Tanyaku ke Dustin.
            “Whoops, lu pikir yang di samping gue ini buka pasangan gue?” Sahut Dustin.
            “What? Elaine….?” Tanyaku kaget. Kulihat Elaine hanya tersipu malu sambil menggandeng tangan Dustin.
            “Sial… Gue tersaingi..” Batinku kesal. “Waahh selamat yee…. Traktiran weekend ini..” Ucapku seenaknya.
            “Bisa diatur…” Sontak kami bertiga langsung tertawa. Ketika sedang menceritakan pengalaman kami, tiba tiba sang wali kelasku masuk ke kelas. Teman temanku langsung berhamburan menuju bangkuya masing masing dengan ekspresi sedikit ketakutan. Emang wali kelas kita itu Malaikat pecabut nyawa apa? Batiku kesal.

            “Students, kita kedatangan murid baru semester ini..” Ucap wali kelasku. Kelasku langsung ribut ketika mendengar hal itu.
            “Yak, silahkan masuk…” Panggil guruku kepada anak baru yang telah menunggu di depan kelas. Perlahan, anak baru itu melangkahkan kakinya masuk ke kelasku. Aku seketika terpana melihatnya. Kulihat seorang gadis berambut hitam ikal berdiri di depan kelas. Terlihat wajahnya sangat menawan, terlihat imut seperti seorang gadis kecil. Rambut one tail, menambah kecantikan dan keimutan dirinya. Badannya langsing, ideal dah pokoknya. Benar benar aku terpana akan gadis itu. Namun aku segera membuyarkan lamunanku, aku tidak ingin pingsan di tempat.

            “Halo semuanya… Namaku Darlene Arkwright. Salam kenal yaa.. Mohon bantuannya.” Ucap cewek itu dengan sedikit malu malu.
            “Salam kenal Darlene…” Ucap kelasku serentak.
            “Perkenalan macam apa itu?” Bisik salah satu temanku yang bernama Jhan. Dia duduk tepat di depanku, bersebelahan dengan kekasihnya, Noel.
            “Sudah diam saja..” Jawabku singkat.
            “Naah Darlene, kau duduk di sebelah Devon..” Ucap wali kelasku sembari menunjuk kearah bangku kosong di sebelahku. Cewek itu kemudian berjalan perlahan ke arah bangkuku. Jantungku semakin berdetak kencang. Keringat dingin mulai mengucur. Tak lama kemudian cewek itu sampai ke bangkuku.

            “Boleh aku duduk sini?” Tanya gadis itu.
            “E-eh? Boleh… Silahkan…” Ucapku gugup.
            “Terima kasih…” Ucapnya, kemudian duduk di sebelahku. “Aku Darlene… Salam kenal yaa..” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Dia terlihat sangat manis.
            “A-aku.. Devon…” Lagi lagi aku gugup sambil membalas uluran tangannya. Aaah ada apa dengan diriku ini… Batinku.
            “Devon ya… Salam kenal…” Senyumnya.
            “I-iya, Darlene…” Jawabku terbata bata. Beberapa menit kemudian pelajaran pertama dimulai, tentang Astronomi. Aku sangat menyukai pelajaran ini, selain Bahasa Jepang. Pelajaran tentang luar angkasa lebih menarik daripada harus menghitung berapa gaya yang terjadi saat buah apel jatuh ke tanah dengan kecepatan sekian dan ketinggian sekian. Sangat tidak penting kan? Untuk apa kita menghitung gaya jatuh buah apel? Mending apelnya dimakan, itu pendapatku sebagai salah satu orang yang sangat tidak menyukai pelajaran Fisika.
Aku mencoba melirik Darlene, dia terlihat sangat antusias dalam pelajaran Astronomi ini. Aku ingin berbicara dengannya, tapi aku juga tidak ingin menganggunya. Aku kembali konsentrasi ke pelajaranku ini.


2 jam berlalu, waktunya jam istirahat. Aku mengambil dompetku dari dalam tas dan bersiap menuju kantin. Kulihat Darlene yang sedang merapikan bukunya. Timbul keinginanku untuk mengajaknya…….


TO BE CONTINUED….
Kamis, 21 Agustus 2014 0 komentar

[CERPEN] Air Mata Kesendirian

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)

Dengan langkah perlahan kususuri jalanan kota ini. Diiringi dengan rintikan hujan yang perlahan mulai membasahi bumi, lengkap sudah kesedihan hati ini. Pantas saja banyak orang yang berkata “Saat hatimu menangis, langit akan ikut menangis.” Ya itu benar, kan? Suasananya pas sekali dengan keadaan hatiku sekarang.
Aku sendiri tidak menyangka, kisah cinta pertamaku harus mengalami awal yang seperti ini. Awal yang sama sekali tidak kuiinginkan. Menyukai seorang gadis, yang sama sekali tidak menyukaiku, alias perasaanku tak berbalaskan. Padahal hati ini sudah jatuh cinta sekian lama.

Senin, 21 Juli 2014 2 komentar

[CERPEN] Red Rose for Elaine

By: Joshua Davian (@Joe_Dave13)


I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more

            Lagu ini selalu menemaniku, di tengah malam yang gelap, kala ku merindukan seorang perempuan yang selalu membuat aku merindukannya tanpa henti, membuat jantungku seakan berhenti berdetak saat ku bertatapan dengannya, membuat aku tak berdaya saat berada di dekatnya.

Namanya “Elaine” perempuan dengan paras cantik, menawan hati, dengan senyuman yang begitu manis dan takkan pernah tergantikan. Suara merdunya selalu membuat telinga ini berdenying, lengkap sudah perasaan rinduku ini padanya. Aku dan Elaine sebenarnya sudah lama saling kenal dan menjalin sebuah persahabatan yang sangat indah, hampir setiap hari, mungkin hampir setiap waktu aku dan Elaine selalu bersama. Karena kedekatan ini yang membuat timbulnya perasaan cinta dan sayang ini hanya untuknya. Sudah lama aku ingin mengungkapkan perasaan ini, namun aku tidak sanggup, aku takut mendengar dia nantinya menolak aku, bahkan yang lebih buruk akhirnya menjauhiku. Akhirnya aku hanya bisa memendam perasaan ini sampai aku bisa menemukan kesempatan untuk menyatakannya.

Rabu, 16 April 2014 0 komentar

[CERPEN] Chance

By: Joshua Davian (@Joe_Dave28)



"Dave jahat! Dave jahat!! Aku ga percaya lagi sama Dave!!"
      "Serafina.. Kumohon.. Maafkan aku sayang... Maaf..." Aku memohon.
      "Sudah berapa kali kamu bilang kayak gitu? Aku udah capek Dave!" Bentak Serafina sembari meninggalkanku di kelas.
      "Serafina! Tunggu... Please....."

                           
      Masih teringat kejadian sehari yang lalu. Ya, aku sekali lagi membuat kecewa hati Serafina.. Tapi, kali ini lebih parah.. Bahkan seharian kemarin aku tidak diperdulikan olehnya.
Pagi pagi sekali, aku sudah berangkat ke sekolah. Semalaman aku tidak bisa tidur karena memikirkan masalah hari itu. Oh Tuhan, akankah masalah ini bisa berakhir dengan baik....

      Sesampainya di sekolah, setelah aku berjalan beberapa langkah memasukki gerbang sekolah, aku melihat Sarafin ada di belakangku. Timbul rasa untuk menyapanya tapi apa daya diriku ini tidak berani untuk melakukannya. Akhirnya dengan langkah lemas aku berjalan menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, aku meletakkan tasku di bangku kemudian duduk disana. Kebetulan bangkuku ada di belakang bangku Serafina dan Aomi. Tak berapa lama Serafina akhirnya muncul dan berjalan ke bangkunya. Aku mencoba menyapanya..
      "Pagi, Serafina..." Ucapku. Tak ada jawaban darinya. Kupikir dia masih marah...
      "Kamu masih marah?" Tanyaku.
      "Masih." Jawabnya singkat seolah tak peduli. Sudah kuduga....
      "Serafina, kumohon jangan marah lagi..." Ucapku memohon.
      "La kamu salah kok." Jawabnya.
      "Maafkan aku...."
Jumat, 14 Maret 2014 0 komentar

[CERPEN] Attraction Of Heart

By: Serah Sarafin (@sqvanille)





Murid SMA biasa. Ya, itulah aku. Aku memang baru masuk SMA Satome tahun ini. Hari pertama dimulai saat musim semi dan sekarang adalah upacara pembukaan di aula sekolah. “Zora-Chaaaaaannn!!” teriak seseorang sambil berlari dari kejauhan. “Kimori? Hey,hey berhenti!” teriakku sepontan sebelum dia menubrukku dan memelukku. Kimori adalah sahabatku saat SD dan sekarang, kami satu sekolah. “Zora-chan, tahu tidak? Kita di kelas yang sama!” katanya bersemangat. “Ohya? Baguslah, hehehe,” jawabku sambil sedikit cekikikan.
                “Hmmm..aku harap ada lelaki muda yang tampan di kelas kita”
                “Kimori!” bentakku.
                “Hehehe, maaf maaf. Nah, kita sudah sampai di kelas. Silahkan, nona,” katanya mempersilahkanku untuk masuk. Kimori memang sahabatku yang paling lucu sekaligus aneh. Dia bisa berlagak seperti anak kecil, dia bisa berlagak seperti orang tua, pelayan, atau apapun yang dia mau.
                Langkah pertamaku untuk memasuki kelas 1-3. Murid-murid yang ada di kelas serentak diam dan melihat kami berdua. Aku spontan langsung memperkenalkan diri “Hijirakawa Zora, SMP Seijou. Senang bertemu kalian,” kataku agak gugup. Berikutnya, Kimori memperkenalkan diri “Nanase Kimori, SMP Sakura. Mohon bantuan kalian,” katanya sambil tersenyum. Setelah itu aku melihat dua orang gadis mendekati kami. “Ya, aku juga senang bertemu kalian. Aku Mutsuka Aomi,” kata yang berambut agak pirang. “Kimida Aiko,” kata yang berambut hitam panjang.
Kamis, 20 Februari 2014 0 komentar

[CERPEN] Pengorbanan Cinta

By: Joshua Davian (@Joe_Dave48)
Inspired by: Sarafin





            “Sarafin….” Panggilku.
Tidak ada jawaban..
            “Hei, Sarafinn…”Panggilku lebih keras.
            “Ehh, iya ada apa Kak Dave?” Tanyanya sambil menoleh ke aku.
            “Sarafin, hidung kamu berdarah lagi!” Teriakku panic.
Dengan segera aku mengambil tisu kemudia mengusapkannya ke hidung Sarafin. Dia terlihat pucat dan lemas.
            “Kak Dave… aku… gapapa kook…” Ucapnya pelan.
            “Kamu itu lagi sakit, sayang… Jangan buat aku khawatir dong…” Jawabku.
            “Mm-maaf ya kak….”  Tiba tiba ia menangis. Aku jadi merasa bersalah akan kata kataku barusan, spontan aku peluk dia dengan eratnya.
            “Sudah… Yang penting kamu gapapa sekarang. Maafin perkataanku tadi ya?” Jawabku.
            “Hiks… Iyaa kak Dave…” Ucapnya sambil membalas pelukanku.

                                                                        *****

            Sudah 2 tahun berlalu, semenjak aku pertama kali berkenalan dengan Sarafin. Sudah banyak suka dan duka yang telah kami lewati bersama. Bercanda bersama, bertengkar… Walaupun kami kadang bertengkar tapi setelah itu, kami berbaikan kembali. Dan selama itu kesedihanku yang terbesar adalah mengetahui, kalau sebenarnya Sarafin punya penyakit kelainan ginjal, ginjalnya tak berfungsi dengan baik. Hal itulah yang sering membuatku sering khawatir pada keadaannya. Namun dia selalu berkata, “jangan khawatir kak… Aku baik baik saja kook..” Dia selalu berusaha tersenyum meskipun di tengah penderitaan yang dialaminya.

            Suatu hari, sembari menunggu Sarafin pulang sekolah, aku mencoba membaca buku tentang “Strategi Troya” dan “Gunung Vesuvius yang menghancurkan kota Pompey.” Yaah aku cukup suka membaca buku tentang abad pertengahan. Di tengah keasikanku membaca tiba tiba ada yang menutup mataku dari belakang.
            “Ehh, siapa ini…” Tanyaku.
            “Kak Dave….” Sapa suara itu dengan imutnya.
            “Ini Sarafin kan?” Kataku sambil menebak nebak.
Dan ternyata benar, itu adalah Sarafin.
            “Haloo kak..” Sapanya sambil mencium pipiku.
            “Eeh iya, halo... Gimana sekolahmu hari ini?” Balasku sambil mencium keningnya.
            “Yaah, biasa biasa aja sih hehehe… Yuk pulang kak..” Pintanya.
            “Iya deh, ayo..”

Kemudian aku mengantarkan Sarafin pulang dengan motorku. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku, hanya beda beberapa blok saja. Setelah hampir 15 menit akhirnya kami sampai di rumah Sarafin.
            “Sarafin, kita udah sampai nih..”
            “Ooh iya kak, hehehe makasih ya udah nganterin..”
            “Iyaa sama sama..” Jawabku.
            “Kak Dave ga mau mampir dulu?” Tanyanya.
            “Enggak deh, kakak masih ada tugas kuliah kimia tentang Katalisator hehehe…” Jawabku.
            “Wah apaan itu? Hehehe yaudah aku masuk dulu yaa kak..” Ucapnya sambil mencium pipiku kemudian ia masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu, aku memacu motorku kembali ke rumahku.


                                                                        *****

*Seminggu kemudian*

            “TRRIRITT….” Suara HPku berbunyi.
            “Iyaa halo…”
            “Hallo, ini nak Dave?”
            “Ooh iya bener, ini dari siapa?”
            “Ini dari saya, mamanya Sarafin.”
            “Ooh iya tante, ada apa?” Tanyaku.
            “Begini nak, Sarafin masuk rumah sakit ****… Penyakit ginjalnya sudah parah..” Kata Mamanya.
            “Apa??! Yaudah tante, saya akan segera ke sana.”  Kataku sambil menutup panggilan.
            “Sarafin, ada apa denganmu… Baik baiklah disana sampai aku datang ya..” Batinku cemas.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya aku sampai di rumah sakit yang dituju. Segera aku memarkirkan motorku kemudian aku menuju bagian informasi.
            “Suster, pasien bernama Sarafin ada di ruangan mana ya?” Tanyaku pada seorang suster.
            “Ooh, sebentar saya carikan.. Ada di ruangan 484 mas.” Jawab suster itu.
            “Makasih banyak, suster.” Kemudian aku pergi ke ruangan 484 dan ternyata benar, di depan ruangan itu mamanya Sarafin duduk menunggu.
           
            “Tante, bagaimana keadaannya?” Tanyaku.
            “Kondisinya udah parah nak, Sarafin butuh donor ginjal baru, sedangkan stok di rumah sakit ini ke betulan sudahh habis. Tante ga tau gimana caranya lagi.”
            “Tante tenang yaa, ohh ya Dave mau ijin pulang sebentar, nanti kesini lagi kok te..” Jawabku.
            ‘Yaudah, hati hati ya nak…”
Kemudian dengan cepat aku kembali ke motorku, dan memacunya kembali ke rumah. Setelah sampai di rumah, kebetulan ada papa dan mamaku di rumah, langsung ku hampiri mereka.

            “Pa, ma, ada yang ingin aku bicarakan..” Ucapku.
            “Apa itu nak?” Tanya papaku.
            “Pa, aku ingin mendonorkan ginjalku kepada Sarafin…” Seketika papa dan mamaku kaget.
            “Tapi nak, itu bisa membahayakan nyawamu!”
            “Aku tahu ma, tapi aku gak kuat kalau harus melihat Sarafin menderita, lebih baik aku saja yang mengorbankan diriku daripada harus melihatnya menderita.” Jelasku sambil menangis.
            “Baiklah kalau itu keputusanmu, kami semua menerima, nak..” Kemudian kami berpelukan bersama. Setelah itu kami bersama sama bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit..

            “Tante, aku mau mendonorkan ginjalku kepada Sarafin..” Kataku.
            “Eh? Benarkah itu Dave? Apa kau serius?” Tanya mamanya Sarafin.
            “Iya te, saya tidak kuat kalau Sarafin harus menderita terus terusan. Saya ingin Sarafin tetap hidup. Te, ini ada surat dari saya, tolong nanti kasihkan ke Sarafin ya tante..” Pintaku.
            “Iya nak, makasih ya buat pengorbananmu untuk Sarafin. Tante merasa sangat berterima kasih banget sama kamu….” Ucap mamanya Sarafin sambil menitikkan air mata.

Setelah itu, aku dibawa ke ruang operasi untuk melaksanakan donor ginjalku. Akhirnya, kehidupanku di dunia ini berakhir. Meninggalkan dunia dengan damai, Sarafin… semoga kamu selamat…

Beberapa saat kemudian…..

            Sarafin terbangun dari tidurnya. Operasi ginjalnya berhasil dan dia kembali berangsur angsur sehat. Ketika ia terbangun kembali….

            “Di… Dimana aku??” Tanya Sarafin. Dia tidak ingat apa yang terjadi dengan dirinya.
            “Sarafin, kamu sudah sadar??” Tanya mamanya bahagia.
            “Ma, aku dimana?” Tanya Sarafin.
            “Kamu di rumah sakit nak….”
            “Ohh ya kak Dave dimana…?”
Mamanya tak dapat menjawab apa apa…. “Sayang, Kak Dave menitipkan sesuatu padamu…” Kata Mamanya sambil menyerahkan suratku.
Sarafin yang kebingungan akhirnya membuka surat yang aku berikan…

“Haloo Sarafin, hehehe.. Maaf ya sebelumnya mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah gak berada di sisimu lagi. Maaf kalau aku tiba tiba meninggalkanmu, aku tidak kuat kalau melihatmu terus menerus menderita. Aku ingin kamu terus hidup dan menggapai cita citamu. Sepasang ginjalku sekarang menjadi milikmu, jaga baik baik ya.. Maaf ya kalau selama ini aku ngecewain kamu, jangan lupain aku yaa J aku sayang kamu, Sarafin..  Kak Dave.”

            Seketika itu juga, Sarafin menangis sekencang kencangnya. Dia tidak percaya kalau Dave mengorbankan ginjalnya untuknya. “Kak Dave, makasih yaa buat pengorbananmu, aku berjanji akan selalu menjaga pemberianmu ini. Makasih untuk semuanya, I love you, Kak Dave….”


THE END


Senin, 17 Februari 2014 0 komentar

[CERPEN] My Love Journey

By: Joshua Davian (@Joe_Dave48)
Inspired by: Serah Sarafin

  

      "MIM!!!! Ayoo bangun, sekolah!!" Teriak seorang ibu ibu dari balik pintu kamarku.
      "Mama.. Bentar lagi dongg.." Jawabku memelas sembari menutup telingaku dengan bantal.
      "Ini udah jam 5.45 loo sayang.." Ucap Mamaku.
Terdiam sejenak....
   
      "Apaa? Gawat bisa telat ntar!" Ucapku panik.
Segera, aku melompat dari tempat tidur dan cepat cepat pergi ke kamar mandi. Ibuku hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkahku.

Haloo, namaku Mimzy Sarafin.. Tapi aku biasa dipanggil Mim. Entah kenapa orang orang memanggilku seperti itu, tapi aku enjoy enjoy aja daah..
Hari ini hari pertama aku masuk sekolah lagi, sekarang aku kelas 1 SMA jadi masih tampang tampang anak SMP baru lulus gitu. Sudah begitu saja perkenalannya..

      Setelah mandi, berpakaian, dan sarapan akhirnya aku siap untuk pergi ke sekolah. Aku pergi ke sekolah dengan naik angkutan umum, jadinya yaa.. Agak lama gitu dah nyampainya. Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, aku sampai di sekolahku. Dengan cepat aku berjalan ke kelasku, tanpa mempedulikan sekitar. Maklum, aku orangnya cuek, dan itulah mungkin alasan mengapa aku belum punya cowok. Yaah let it flow aja dah..


      Saat istirahat, aku hanya diam di tempat duduk sambil menggambar beberapa karakter manga. Oh ya, aku Japan lovers loo, terutama menggambar manga dan nonton anime. Itu kerjaanku kalau aku sedang ga ngapa ngapain. Saat sedang asik asiknya menggambar, tiba tiba ada seekor, eh salah.. -_- maksudku seorang cowok mendekati mejaku.
      "Kamu ternyata suka menggambar manga ya?" Tanya cowok itu tiba tiba.
      "Iya hehehe.." Jawabku singkat.
      "Boleh kenalan? Namaku Dave Michaelis, but you can call me Dave.." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.
      "Namaku Mimzy Sarafin, panggil aja Mim." Jawabku, lagi lagi dengan nada cuek, sembari membalas uluran tangannya.
      "Hehehe yaudah, ini ada wafer buat kamu Mim, aku duluan ya.." Ucap Dave sembari meninggalkanku.

Seketika aku menatap Dave yang pergi meninggalkanku. Cowok ini, care banget ya... Batinku. Belum pernah ada cowok yang sebegitu carenya sama aku. Aku perlahan lahan membuka wafer itu, kemudian memakannya.
      "Enak...." Gumamku. Ahh bodohnya aku yang gak berterima kasih saking cueknya. Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Teman temanku berhamburan masuk ke kelas, termasuk Dave. Diam diam aku mencuri pandang ke arahnya, dan saat dia melewatiku dia sempat memberi senyuman kepadaku. Seketika itu juga jantungku berdetak kencang, aku merasakan rasa suka pada pandangan pertama. Ooh God... Perasaan apa ini...


      Hari hari selanjutnya, aku mulai menjadi "stalker" Dave. Memang bodoh apa yang aku lakukan ini, menyukai seseorang secara diam diam dan tidak berani menyatakan perasaan yang sebenarnya. Tapi untunglah, tak ada yang tahu kalau aku menyimpan rasa terhadap Dave.
Sampai suatu hari, aku mendengar kalau Dave sudah jadian dengan anak tercantik di kelasku, Shinta Naomi. Seketika itu juga hatiku merasa hancur, tak terima apa yang sudah aku lihat..
      "Dave, aku mengagumi sejak awal, aku menyukaimu sejak pertama, mengapa kau tidak peka terhadap perasaanku??" Ucapku dalam hati sambil terisak. Aku ingin mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya padanya tapi aku sadar, aku bukan siapa siapanya lagi. Hanya sebatas friend zone. My heart is broken.....

                                                                           *****

      "Mama, aku ingin bicara sama Mama.." Kataku pada mamaku yang sedang menonton televisi. Segera, mamaku mematikan televisi dan menatap ke arahku.
      "Iya Mim, ada apa sayang?" Tanya Mamaku memulai pembicaraan.
Akhirnya, kuceritakan segala kegalauanku selama ini tentang Dave, dimulai dari rasa suka ku pada Dave sampai kepada rasa sakit yang kualami ketika melihat Dave jadian dengan perempuan lain.
      "Hmm, jadi begitu.. Mama senang Mim sudah memiliki rasa suka pada sesorang. Memang yang namanya Cinta, Mencintai, dan Dicintai itu tidak mudah sayang..." Ucap mamaku dengan lembut.
      "Jadi, aku harus bagaimana, ma?" Tanyaku kebingungan.
      "Mama hanya mau kasih tau sama kamu, Jika kamu yakin dan percaya, maka kejarlah cinta itu. Memang jalannya tidak mudah sayang, tapi asal kamu mau bersabar, kamu pasti menemukan cinta sejatimu." Jawab mamaku.
      "Jadi yang harus aku lakukan... Percaya? Bersabar?" Tanyaku.
      "Keep believe, and you will found your true love.." Ucap mamaku sambil tersenyum.
      "Terima kasih ma, mama memang yang terbaik hehehe.." Ucapku senang sembari memeluk mamaku.
Aku berusaha untuk merenungkan kata kata mamaku. Apakah aku harus tetap menanti Dave? Ahh sudahlah, let it flow aja..

                                                                            *****

3 months later....

Aku mendengar kabar buruk tentang Dave. Naomi memutuskan hubungan dengannya karena ternyata Naomi tidak sepenuh hati berpacaran dengan Dave. Aku senang sekaligus agak sedih mendengar hal ini. Senang karena aku punya kesempatan lebih dekat dengannya, sedih karena melihat Dave yang terlihat berubah semenjak putus dengan Naomi, nilai nilainya menurun, dan dia cenderung melamun, padahal dia dulunya anak yang ceria. Pada suatu hari aku coba mendekatinya yang sedang termenung di luar kelas..

      "Dave, jangan nglamun terus dong.. Ceria lagi hehehe.." Ucapku mencoba menghiburnya.
Dia masih terdiam.
      "Dave, udah ga usah dipikirin lagi soal Naomi..." Ucapku lagi.
      "Kamu tahu apa hah? Jangan sok jadi penghibur deh Mim!" Ucapnya sembari meninggalkanku.
Aku sedikit kaget mendengar perkataannya, tapi aku mengerti, dia masih dalam suasana hati yang buruk, jadi tidak bisa langsung berhasil dihibur....

Suatu hari saat aku sedang duduk sambil menggambar manga, tiba tiba Dave datang menghampiriku.
      "Mim, maafin perkataanku yang kemarin kemarin ya. Aku masih sedikit bad mood jadinya marah marah deh hehehe.. Maaf ya.." Ucapnya.
Aku menghentikan aktivitas menggambarku sejenak, "Iyaa Dave, gapapa kook.." Ucapku sambil tersenyum manis.
      "Hehehe, eh ya aku boleh tanya gak Mim?" Tanya Dave tiba tiba.
      "Eh iya tanya apa nih?" Tanyaku penasaran.
      "Kenapa kamu... Begitu baik sama aku?" Tanya Dave.
Seketika aku menunduk dan tak berani menatap ke arah Dave.
Dave yang melihat kelakuanku merasa sedikit heran.
      "Eh? Ada apa Mim? Maaf yaa kalau pertanyaanku......"
Tanpa sadar, aku memegang tangan kanan Dave, sembari menyandarkan kepalaku ke bahunya.
      "Dave, aku... Aku... Aku suka sama... Kamu sejak... Awal..." Ucapku.
Dave kaget akan perkataanku.
      "Eh? Benarkah itu Mim?" Tanyanya.
      "Aku mengagumimu, aku suka sama kamu, kamu yang care sama kamu pada saat kita baru memasuki kelas ini, itulah alasan kenapa aku menyukaimu.." Ucapku lagi sambil terisak.
Dave terdiam sejenak mendengar penjelasanku ini.


      "Mim, maafin aku yaa yang ga peka terhadap perasaanmu yang berharga ini, maaf aku ternyata sudah membuatmu merasa tersakiti. Makasih ya kamu sudah menyatakan perasaanmu kepadaku.." Ucap Dave lembut.
      "I-Iyaa Dave... " Ucapku sambil sedikit terisak.
      "Oh ya, aku boleh tanya 1 hal lagi gak?" Tanya Dave lagi.
      "Eh iya? Apa itu?" Tanyaku balik.
      "Mim, maukah kamu... Jadi destinasi akhir perjalanan cintaku ini?"
Sontak aku sedikit kaget dengan pertanyaan Dave. Tanpa pikir panjang akhirnya aku menganggukan kepala tanda aku mau menjadi kekasih hatinya.
      "Iya Dave, aku m-mau.. M-mau bangett.." Ucapku bahagia.
      "Terima kasih ya Mim.. Aku janji ga bakal membuatmu kecewa dan sedih untuk kedua kalinya." Ucapnya sambil mencium keningku, aku pun membalasnya dengan mengecup mesra pipinya.


Hari ini, 28 Januari 2014, aku akhirnya menemukan cinta sejatiku, cinta yang selama ini aku tunggu tunggu, yaitu Dave Michaelis, yang telah menjadi kekasihku yang pertama sekaligus yang terakhir dalam hidupku. Aku berharap, cinta ini tetap bertahan sampai maut memisahkan kami berdua.

"Perjalanan cinta memang bukanlah hal yang mudah, dilalui dengan air mata dan berbagai rintangan, tapi menuju tujuan akhir yang sungguh bahagia. Keep believe, and you will found your True Love."


THE END....
Sabtu, 25 Januari 2014 0 komentar

5 Puisi Random

IBU

9 bulan kau mengandungku
Dengan penuh kesakitan kau melahirkanku
Dengan penuh kesabaran kau merawatku
Segala peluh dan air mata yang tak terhitung
Semuanya tulus kau lakukan untukku
Terima kasih Ibu…


KERINDUAN

Sendiri ku disini
Di tengah hujan deras seperti ini
Masih menunggu, masih setia menunggu
Entah sampai kapan aku harus menunggu
Ku lakukan ini karena cinta
Hanya satu hal yang ingin ku katakan
“Aku Merindukanmu”


BENCANA ALAM

Kulayangkan pandanganku ke sekitarku
Apa yang bisa kulihat?
Pohon pohon tumbang, tanah yang longsor
Tanah tanah yang rusak karena banjir
Apa yang bisa kudengar?
Hanya suara teriakan kesedihan
Sedih karena cobaan yang begitu besar
Apa yang bisa kuucap?
Oh ya Tuhan, apakah engkau murka?
Apakah mereka layak menderita?
Kiranya engkau selalu menabahkan hati mereka


PENANTIAN

Sendiri ku disini
Tanpa ada yang menemani
Sendiri dalam kesedihan dan kesepian
Meratapi kesendirianku ini
Tiba tiba kau datang
Menghapus air mataku
Menghilangkan kesepianku
Kau datang.. Menemaniku
Terima kasih cinta…


MUSIM SALJU

Ku buka jendela kamarku
Hawa dingin menerpa wajahku
Benda putih menyelimuti jendelaku
Ya, musim salju telah tiba
Kulihat wajah senang dan sedih
Senang karena musim salju telah tiba
Sedih karena mereka harus menahan dingin yang amat sangat
Ku hanya bisa berharap
Ini menjadi musim salju paling berkesan bagi semua


 
;